HALO!
Yang gue rasakan selama ini, 2013 berjalan dengan sangat fluktuatif.
Kadang lambaaaaaaat banget, kadang berlalu bagai angin kentut aja. Nggak
kerasa, sekarang udah masuk bulan Oktober. Artinya, resolusi-resolusi 2014
segera bermunculan sebentar lagi.
Abis gue beres-beres kamar barusan, di balik tumpukan kardus
gue menemukan secarik kertas bertuliskan 2013 Membahana.
Hih. Situ fikir situ Syahrini? |
Ceritanya, di malam
pergantian tahun lalu gue membuat daftar tiga belas target yang harus gue lakukan
pada tahun ini. Isinya macem-macem, mulai dari soal akademik, beasiswa, niat
magang, bahkan hal-hal rahasia yang sifatnya pengakuan. Di antara poin-poin
yang kurang penting itu, terselip satu tulisan yaitu... menyelesaikan naskah.
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
Bisa nulis buku adalah obsesi sebagian besar orang. Karena
terakhir ngecek gue masih termasuk manusia, maka nulis buku pun menjadi salah
satu obsesi gue juga.
Sabtu kemarin, dengan bangga mempersembahkan akhirnya gue
berhasil menyerahkan naskah gue ke dropbox penerbit Bukune di acara Gogirl! Passion Expo di Gandaria City kayak partainya Megawati.
Benar-benar perjuangan.
***
Sebelum berangkat ngirimin naskah, karena gue terpilih jadi
volunteer Sobat Bumi Pertamina, gue harus ikut serta dalam acara mereka yang
berlokasi di SMP Negeri 5 Depok. Di sana, gue dan temen-temen lainnya ditunjuk
sebagai mentor kelas yang membimbing sekaligus mengampanyekan hidup go green
kepada dedek-dedek yang masih belia. Padahal, waktu itu naskah gue belom kelar
sepenuhnya.
Jam satu siang, bertempat di Kebun Apel Perpusat UI, gue
kembali meneruskan tulisan gue yang kurang satu halaman. Begitu selesai, gue langsung
gercep buat bolak balik warung ngeprint, jilid bundelan ke Cano, ngeprint lagu file
yang ketinggalan, dan lain sebagainya. Jam empat, gue baru meninggalkan alam
Depok dan segera ke Gandaria buat ngirim naskahnya.
Setelah asyik bermain gencet-gencetan sama penumpang kereta,
jam setengah enam akhirnya gue nyampe di stasiun Kebayoran. Sambil duduk dengan
muka merana, di peron itu gue kembali melanjutkan tiga ilustrasi sketsa yang kurang
dan harus gue buat sebelum amplop coklat itu gue lem dan diserahkan ke mereka.
Abis ngegambar, gue pun mengecek kembali seluruh kelengkapan naskah.
Bundelan, udah... Form isian, udah... Tentang penulis, udah...
Sinopsis... SINOPSIS SAMA KEUNGGULAN NASKAHNYA KOK NGILANG?!!
Gue langsung panik. Dengan tergopoh-gopoh membawa naskah, gue
menyusuri daerah Pasar Kebayoran sambil nanya pedagang di sana tempat
print-printan ada di mana. Dateng ke tempat A, tutup. Ditunjukin tempat B,
tutup lagi.
Sepuluh menit gue nyari-nyari, mendadak ujan turun dengan
ngeselinnya. Kampretnya, gue nggak bawa payung apalagi plastik buat
ngelindungin naskah biar nggak jadi basah. Beberapa kali gue pun melipir ke terpal-terpal
tukang buah buat neduh sebentar, lalu jalan lagi nyari warnet yang masih buka.
Waktu gue lagi putus asanya, akhirnya gue menemukan sebuah
warnet yang terletak di ruko-ruko berukuran besar. Seketika, Josh Groban menyanyi
You Raise Me Up di kepala gue kayak di acara-acara nolongin orang buatan Helmy
Yahya.
Akhirnya, setengah tujuh pas gue berhasil mengemas naskah tersebut
dengan susah payah. Pertanyaan selanjutnya muncul. Sekarang gue harus naik apa
ke Gancit-nya?
Karena masih ujan, akhirnya gue memutuskan untuk menyetop sopir
bajaj dan malam mingguan dengannya. Namanya juga weekend, kawasan lalu lintas di sekitar sana bener-bener stuck dan susah gerak. Buat menghibur
diri di tengah kemacetan itu, gue pun menyempatkan buat mengabadikan naskah gue
yang mungkin pas itu lagi sama deg-degannya.
Isinya surat cinta, kapten! |
Macet, hujan, sama abang bajaj. Ah romantisnya. |
Oh iya. Sekadar spoiler, naskah yang barusan gue kirimkan ke
penerbit itu berjudul A-SHIT-TORTURE, yang kalo diterjemahkan secara bebas
artinya siksaan yang kek’ tai. Tapi, kalo diperhatiin lebih jauh lagi,
sebenernya judul ini adalah plesetan dari jurusan tercinta gue selama lebih
kurang lima semester ini. Arsitektur.
Sesuai pemaknaannya, naskah setebal 144 halaman A4 ini
menceritakan betapa menderitanya mahasiswa arsitektur itu. Gampangnya, gue mencoba
merangkum betapa ‘asyik’nya kuliah di
sekolah arsitektur, mulai dari dikejar deadline
layaknya Sangkuriang, balada begadang digangguin setan, rutinitas masuk angin,
kisah pilu saat tergores mata cutter,
hingga pengalaman magang di sebuah majalah arsitektur yang besar di Indonesia.
Nah, selain membahas segala tetek bengek gimana caranya
menjadi seorang arsitek, naskah ini juga mengandung tulisan-tulisan
mahatidakpenting, seperti curahan hati untuk Gubernur Jakarta, pengalaman
menamatkan megadrama kolosal paling epik di Indonesia berjudul Cinta Fitri,
serta wejangan menye-menye soal
proses pendekatan. Padahal, penulisnya sendiri belum pernah merasakan pacaran.
Menyedihkan emang.
***
Motivasi ditulisnya naskah ini sendiri mulanya berawal dari
pertanyaan yang ada di benak gue. Satu sampe dua tahun ke belakang, nggak
keitung udah berapa oknum-oknum yang mengangkat kisah gimana menyedihkannya seorang
mahasiswa. Gue pun mikir-mikir lagi.
Come on, segitu aja pada ngeluh? Padahal, ada yang jauh lebih ngenes dari kisah-kisah
mahasiswa. Apalagi kalo bukan anak-anak arsitektur?
Sayangnya,
penderitaan kami selama berkuliah ini seringkali luput dari ekspos masyarakat,
karena... emang nggak ada anak arsitektur yang sempat ngekspos. Boro-boro buat
nulis. Bisa tidur nyenyak lebih dari lima jam dalam sehari aja seharusnya udah masuk
tujuh keajaiban dunia versi On The Spot.
Karena
alasan nulis buku inilah kenapa di blog laknat gue muncul postingan foto-foto yang
memilukan bernama Masbro. Soalnya, rubrik Masbro sebenernya juga dijadikan sebagai
bahan tulisan gue di buku itu nantinya.
Anyway, gara-gara
gue bikin Masbro, selama beberapa minggu gue semakin dijuluki dengan si otak
gesrek. Setiap ketemu gue, mereka yang udah murtad gara-gara ngeliat foto itu
pun secara refleks menirukan pose-pose yang gue bikin di Masbro episode tiga. Bahkan,
waktu dimintain tanda tangan sama maba, gue langsung ditanya sama mereka.
“Kak, kakak yang punya blog itu ya?”
Hilang sudah harga diri sebagai fasilitator mata kuliah
Pengantar Arsitektur.
***
Buat tahu diterima atau nggaknya naskah kita sama mereka, biasanya
kita harus nunggu kabar dari penerbit paling lama tiga bulan. Kalo emang
diperkenankan, seharusnya akhir Desember tahun ini udah ada keputusan: bakal
diterbitin atau justru dibalikin.
Yuarmaefriting, men. |
Sebenernya, poin dari postingan ini adalah, gue minta doa
dari para pengunjung sekalian. Bukan-bukan, gue bukan minta doa restu berangkat
haji atau firasat mau meninggal. Pokoknya, gue cuma minta bantuan doa kalian.
Capek bro ditolak terus. Udah keseringan.
*salahkonteks*
.............
1 komentar:
23 August 2017 at 13:04
Permalink this comment
ALAT TANAM BENIH JAGUNG DENGAN TUAS PENGUNGKIT DAN MEKANIK PEMBUAT LUBANG
rindra.blog.dinus.ac.id/2016/09/01/alat-tanam-benih-jagung-dengan-tuas-pengungkit-dan-mekanik-pembuat-lubang/