“Bang, bakso grenade-nya satu.
Ga
usah pake seledri, ga usah pake bihun,
mi-nya kuning aja” –
Suatu hari di kedai bakso ojolali.
Harrow, minna-san.
Ketahuilah, liburan
ini adalah liburan paling produktif sepanjang masa.
Pertama, akhirnya
gue bisa menghasilkan sesuatu dalam liburan.
Yoi, dalam
program magang perdana di redaksi majalah, gue telah mendapatkan banyak sekali
ilmu, pengalaman, serta yang paling krusial: limpahan uang jajan. Nggak cuma itu
doang, saudara. Di bulan Agustus ini, wajah gue berhasil masuk ke dalam dua
media cetak sekaligus: Majalah Smartdesign dan Tabloid Rumah.
Yang berjilbab mbak Qisthi Jihan, bukan Rizki Dwika. |
Brb menyembelih seekor
kerbau untuk syukuran.
Kedua, gue mengubah
gaya rambut pontek—poni teknik.
Gara-gara
keseringan nonton Talkshow Sarah Sechan di NET, setelah lebaran gue berupaya
untuk mengubah arah arus poni menjadi seperti VJ MTV paling bangkotan ini.
Berhubung Aa-aa’ potong rambutnya nggak kenal Sarah Sechan, dengan rambut dan
tampang yang rupawan, gue justru terlihat seperti Tarra Budiman.
Well, pada
kesempatan terakhir di bulan produktif ini, gue bakal menggenapi blog tanpa
pengunjung ini dengan sebuah tulisan ketujuh, bertemakan...
Menggeranat.
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
TIARAP!!! |
Pada tahu
lagu Grenade, kan?
Secara garis
besar, lagu yang dibawakan oleh Bruno Mars ini membahas tentang bagaimana seorang
anak manusia bisa mendadak cinta buta terhadap anak manusia lainnya, sampai-sampai
seorang anak manusia itu ikhlas memberikan hati, peluh, menampung keluh kesah, bahkan tetesan keringat darah untuk
diserahkan kepada anak manusia lainnya itu. Kompleks, bukan?
Menurut gue,
fase grenade atau menggeranat adalah
kelanjutan dari periodisasi cinta yang biasa disebut di-PHP-in. Iya, kondisi menggeranat
merupakan puncak dari kesungguhan seorang anak manusia terhadap anak manusia
lainnya, di mana sang anak manusia itu rela menyerahkan apa pun yang dia miliki
untuk memenuhi segala keinginan anak manusia lainnya itu. Sayangnya, keadaan
menggeranat ibarat pengen ngirim sms via telepon koin.
Mana mungkin
bisa terbalas.
Nah, salah
satu selebriti yang menurut gue pantas dijadikan Duta Grenade Indonesia adalah
Fatin Shidqia.
Hai, aku Fatin, Nama panjangnya, Biasa Diman-faatin. |
Selain terkenal
gara-gara menyanyikan lagu Bruno Mars di audisi X-Factor Indonesia dengan suara
paraunya, ternyata setelah memenangi acara tersebut pun, penyanyi yang kerap
disapa Bocil—sok kenal lu Dwik- ini malahan
mengeluarkan singel berjudul Aku Memilih Setia. Kalo coba diterjemahkan, ternyata
lagu ini memiliki konfliks yang amat pedih.
Diceritakan,
Fatin udah memiliki cowok dan rela menggeranat buat sang cowok itu. Tiba-tiba,
Fatin dipertemukan dengan sosok lain yang tepat, tapi waktunya udah amat salah.
Akhirnya, Fatin memilih tetep stay dengan cowoknya semula, meski Fatin tau kalo
sosok lain yang tepat itu punya cintanya yang lebih besar dari pacarnya sendiri.
Menggeranat-ception.
Betapa ironi itu mampu menyentuh hati nurani.
***
Sahabat
super yang berbahagia.
Sama halnya
dengan aslinya, fase grenade dalam percintaan
amat membahayakan. Menjalani fase ini tuh ibarat menggenggam granat aktif yang
tuasnya udah ketarik. Benar, satu-satunya kepastian dalam ketidakpastian
jatuh-bangun memperjuangkan rasa sayang ini adalah cepat atau lambat, granat
itu juga bakal meledak sendiri.
Pada setiap titik
jenuh, grenade seringkali berujung mati rasa, sebuah sindrom ‘yaudahdeh’ alias menyerah dari apa yang selama
ini diperjuangkan. Maka, jika engkau masih terpuruk dalam fase grenade: sadarlah cepat-cepat.
Camkan ini:
Ini adalah real life, kakak.
Rela berkorban dan tenggang rasa cuma ada di pelajaran PPKN kelas
dua!
MERDEKA!
***
Karena ada
banyak cara Tuhan dalam menghadirkan cinta, buat parapembaca yang sedang
terjebak serangkaian nostalgia –iya kok gue sadar, gue nulisnya sambil ngaca- yuk
lekas menutup semua luka dan membuka mata, hati, juga telinga. Siapa tahu, waktu
engkau sibuk menggeranat untuk seseorang, ada seseorang di luar sana yang juga
yang menggeranat untukmu.
Sammy
Simorangkir: “Tapi bukan aaaaakuuuu.”
“BRISIK
LUUUU! ”
Sekian. Semangat
menjalankan semester baru, ya!
Ah, lupa. Buat
kamu juga semangat ya, hehehe.
Hih, bukan
kamu!
................
0 komentar: