Apa kabar, saudara? Sudah naik berapa kilogram?
Khusus di bulan ini, gue lagi semangat-semangatnya buat
nulis. Lebih tepatnya, kejar setoran. Pertama, hingga tulisan sebelum ini,
jumlah postingan gue dalam setahun di blog laknat ini hanya 18, which means angkanya
jelek.
Bukan, bukan. Gue bukan tipikal manusia yang mengandalkan
angka-angka tertentu bakal bawa hoki, cuma, gue emang terlanjur memiliki
mindset awal kalo 16 dan 18 adalah angka yang nggak cantik, berbeda sama 17
atau 19. Soalnya, mereka itu nggak ganjil, kurang bulet, dan sebagainya gitu
deh. Maka, melalui postingan ini, gue bakal berusaha menggenapinya.
Penting
banget pake dibahas.
Kedua, gue lagi kejar setoran buat mencetak traffic blog
yang baik. Pertama kali dalam sejarah, blog gue mencapai di atas 1.500 visitors
dalam sebulan, lebih tepatnya waktu gue ikut blogging contest dan hadiahnya terpaksa
diikhlasin gara-gara nggak ada respons lanjutan dari penyelenggaranya.
Namanya juga Dwika. Dwika-sih harapan doang.
Tapi, makin ke sini, nggak tahu karena alergi sama foto-foto
“masbro” atau apa, popularitas situs dewasa ini turun secara perlahan. Maka,
dengan bersusah payah, gue pun berusaha buat mendongkrak kembali jumlah
pengunjungnya, apa pun itu. Salah satunya dengan rajin mengisi konten di halaman
ini.
Gue jadi tahu bagaimana perasaan partainya Ruhut Sitompul sekarang
seperti apa. Lah, lupakan.
Di penghujung 2012, seperti biasa gue melakukan corat-coret
di atas logbook dengan judul cetak besar: “2013 MEMBAHANA”, yang berisi
sekumpulan target dan pencapaian alay yang harus dicentang dalam setahun
belakang. Nah, gara-gara keseringan nonton infotainment spesial akhir tahun
yang berlomba-lomba mengulas fenomena di 2013 sekaligus resolusi para artis
pengisi Pesbuker dan Yekaes, maka, di era globalisasi yang paling gaul ini, gue
pun menjadi tergugah untuk melakukan hal serupa.
Ya, gue akan mereview 2013 dengan gaya gue sendiri.
*kemudian-sikap-lilin*
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
***
Sebagai bahan refleksi, bagi gue, tahun ini adalah tahun-tahun
penentuan dan ditentukan.
Awal tahun ini dimeriahkan dengan pemberian mandat oleh
ketua UKM di kampus gue sebagai manager peminatan, sebangsa pemimpin redaksi
gitu deh levelnya. Karena gue punya target buat meneruskan apa yang telah
dilakukan di ekskul SMA gue terdahulu, gue pun menyanggupi tawaran tersebut dan
bergabung di keluarga Lembaga Pers Mahasiswa Teknika FTUI 2013. Ya... meskipun
profesionalitas gue masih sering terduakan sama kuliah studio, ya...
alhamdullilah semua produk telah selesai disebar semaksimal mungkin. Brb
tumpengan.
Selain berorganisasi, tahun ini juga tambah ramai dengan
euforia kehadiran dua Studio Perancangan. Udah jadi rahasia umum, kalo mata
kuliah studio atau perancangannya anak arsitektur itu ibarat opera sabun Cinta
Fitri. Yoi, selalu bersambung dan banyak seri.
Di awal jadi maba, kami diwajibmiliterkan buat mengikuti
mata kuliah seni rupa, bobotnya 4 SKS. Semester berikutnya, mata kuliah
tekomars nambah jadi 6 SKS. Masuk ke mata kuliah perancangan yang beneran, PAI
1 dan PAI 2 naik lagi kreditnya jadi 7 SKS. Kemudian, PAI 3 yang baru aja
diselesaikan secara elegan ini membludak jadi 9 SKS. PAI 4 begitu pula
nasibnya. Masih kurang? Masih kurang? PAI 5 nanti kreditnya 10 SKS hanya untuk satu
mata kuliah.
Coba bayangkan. Coba bayangkan!!!
Oke. PAI 2 adalah perancangan paling hectic dalam
periodisasi lulus sebagai sarjana arsitektur. Di perancangan ini, mahasiswa
harus mendesain sebuah hunian untuk suatu kelompok sosial inti yang nasib
mereka kita yang putuskan sendiri.
Then, setelah melampaui puluhan kali cek progress, ngelayout
denah rumah sampe mabok, hingga dehidrasi pas presentasi gara-gara nggak tidur
dua hari, gue beserta delapan anak lain yang tergabung dalam kelompok The Veras
pun berhasil melalui sekolah shaolin ini dengan mengeluarkan kitab suci berupa gambar
kerja berukuran A3 setebal lima sentimeter.............
Semuanya manual, gambarnya pake tangan.
Memasuki tengah tahun, lagi-lagi target gue terpenuhi. Magang
di redaksi majalah. Yoi.
Dengan menggabungkan etos kerja Zaha Hadid dan Najwa Shihab,
gue pun memutuskan untuk melipir magang di majalah Smartdesign, sebuah majalah
interior dan gaya hidup ter-catchy, ter-cihuy, dan ter-2013.
Selama dua bulan bolak-balik Tebet-Bekasi, gue mendapatkan berbagai
pengalaman yang tidak terlupakan. Ngeliput rumah tinggal, kafe, resto, diundang
launching produk dengan jamuan berbagai prasmanan, disuguhin menu paling mahal
secara gratis sama pemilik restoran, kenalan sama arsitek, pergi ke acara
sana-sini, ngobrol sama Gubernur DKI, ah... pokoknya terlalu banyak keasyikan
duniawi yang dirasakan terlalu dini.
Hai. Masih bersama saya di Dulux Let's Colour. |
Kendaraan dinas. |
Hunting produk di Toimoi Indonesia, Mansion atKemang. |
Liputan Casa Bravacasa 2013, Pacific Place. Desainnya Bapak Francis HDII! |
Produk mahasiswa..... ah, lupa kampus apa. Skandinavian gitu temanya. |
Merindukan tempat ini! Kantor majalah Asri, Skala+, dan Smartdesign. |
Sudut jalan Gudang Peluru, Tebet. Ah, jangan mainkan hatiku. |
Setelah melalui kuliah tiga bulan dengan belasan piring opor lebaran dan dosa-dosa terpendam yang diakhiri dengan pengakuan (?), gue pun memasuki level paling amazing dalam siklus perkuliahan. Iya, kini gue menyandang status mahasiswa tahun ketiga.
Di semester lima, gue kembali dicekoki dengan mata kuliah
perancangan. Nggak kurang-kurang, dua perancangan sekaligus. Yang pertama
adalah desain furnitur. Gara-gara mata kuliah ini, rekor gue soal “tidak terluka,
berdarah, maupun tergores dalam satu semester” gagal diraih karena gue harus
merasakan unyunya dizalimi gunting kawat. Jadilah di penghujung tahun ini gue mendapatkan
tatto temporer baru, tren warna sari ayu 2014.
Avicii. Adjust-your-privacy~ |
Manusia di balik layar. |
Namanya juga hidup. |
Yang kedua adalah Perancangan 3, salah satu proyek studio
yang paling hedon se-jagad raya. Gimana nggak. Sebelum ngerancang suatu public
space di Kemang Raya, kami harus melakukan observasi secara intens dengan
bolak-balik dan melebur menjadi komunitas di masyarakat itu. Namanya juga
Kemang, lembaran-lembaran I Gusti Ngurah Rai pun ludes hanya untuk satu kali
survey di sana.
Urban Kemang' main issue: Perubahan fungsi Kuil Parthenon menjadi Indomaret. |
Nasib bapak proklamator Sukarno dan Mohammad Hatta pun sama
naasnya. Keduanya terpaksa menginap selamanya di percetakan Buring untuk
menebus dua puluh lembar gambar kerja skala 1:50 berukuran A1 dan A0, yang selembarnya
Rp11.000 buat print hitam putih dan Rp30.000 buat yang warna. Udah, nggak usah
diitung. Nyeseknya lahir batin.
Sebagai perbandingan, ubinnya 30x30cm. Trims. |
Ba'da internal. Bersama Ramandhika dan Fara Ridwan Kamilawati. |
Presentasi eksternal. Reviewernya lawaq, mirip Gita Wirjawan...... |
Terakhir, yang paling epik, di awal pergantian tahun kemarin
gue dengan sombongnya telah ngetwit sebuah resolusi akbar. Benar. Menyelesaikan
naskah bobodoran gue sendiri.
Ditakdirkan menjalani kehidupan yang selalu random, tiga
tahun yang lalu, gue tergugah untuk mendokumentasikannya ke dalam sebuah
tulisan. Setelah melalui proses yang berbelit-belit, ganti tema, dipotong waktu
buat kuliah, alhasil pada tahun ini gue berhasil menyelesaikan naskah gue dan
men-submit-kan A-Shit-Torture tersebut ke Penerbit Bukune. Selang sebulan, gue
pun dihubungi oleh seseorang yang tidak lain adalah editor naskah khusus
tulisan komedi. Saat itu juga ingin rasanya langsung menyembelih kerbau sebagai
ungkapan syukur pada leluhur.
Kemudian, gue pun mengirimkan lagi naskah revisi berdasarkan
feedback yang udah dikasih. Kondisi terahir, gue harus kembali bersikap layaknya
Tante Nikita Willy. Iya. Kuakan menanti meski harus penantian panjang. Ya gitu
deh.
Jadi, dimohon doa dari temen-temen sekalian, kalo bisa, dikurang-kurangin
lah pertanyaan “kapan terbit-kapan terbitnya.” Ketahuilah, ditanyain kayak gitu
lebih kejam dibanding pertanyaan “Udah punya pacar belom?” yang dilontarkan di
setiap arisan keluarga.
***
Ya. Postingan penuh bacot dan kebanyakan foto ini adalah sebuah
rekam jejak apa saja yang telah diselesaikan seorang Rizki Dwika di tahun
freestyle bernama 2013. Tahun penuh kerandoman, tekanan, hura-hura, pengharapan,
apa yang terjadi tahun ini overall masih terkontrol dalam garis besar, meski
nggak sedikit pula hal yang nggak tercapai dan di luar ekspektasi.
Buat tahun depan, yang jelas, hal kecil yang gue bakal
lakukan adalah sebisa mungkin memakmurkan blog ini, redesain, peletakan batu pertama, beli domain, bikin channel
parodi di Youtube soal project buku gue, syukur-syukur beneran terbit dan
nyangkut di etalase gramedia terdekat.
Kalo ditanya resolusi, mmm.... sama kayak politikus yang
makin ke sini makin rajin narsis dan umbar janji, prinsip yang mungkin gue
usung buat tahun depan adalah perubahan.
Karena pada dasarnya, kehidupan hanya berkisar pada pilihan
untuk diubah, berubah, atau cuma sebatas meratapi segala yang telah berubah.
Well, selamat liburan!
0 komentar: