Gue menyadari. Ternyata, beli domain dan meng-upgrade blog kamu ke (dot)com bukan
berarti semangat buat nyampah di blog juga bakalan ikut meninggi.
Ketahuilah, itu semua salah.
Buktinya, gue tahu ini masih Bulan Februari.
Dan... gue juga baru tahu kalo postingan gue baru dua sama
ini.
Memasuki semester enam, waktu luang gue yang tersedia buat
sekadar nulis-nulisan benar-benar abis. Meski baru berjalan dua mingguan, beban
kuliah mahasiswa semester atas emang baru kerasa di waktu-waktu sekarang. Bangun
pegal-pegal, berangkat ke studio EC, presentasi gagasan desain kelompok,
dihabisin sama fasil hingga tak berkutik lagi, beli takoyaki, dapet nasehat
dari Mbak Ega, survey lapangan lagi ke Stasiun Juanda, nyoba peruntungan ikut
sayembara... intinya, dalam dua minggu ini banyak banget aktivitas yang kadung menyandera
hidup gue termasuk dari ngadmin di dunia maya. Oh iya, intermezzo dikit: numpang pamer hasil renderan buat foto pengantar
di postingan ini ya. Ha-ha-ha.
Seperti dikutip dari Angga dalam Album Sriwedari-nya Maliq n d'Essentials, untuk menyemangati cobaan yang sedang kita jalani, katanya sih,
cobalah membuka mata buat melihat ke dunia di sekitar. Pas gue nyoba saran
tersebut buat menghibur hati, gue pun tersadar kalo di dunia ini ada yang
hidupnya lebih ngenes daripada gue atau siapapun di dunia. Iya. Namanya... Momo
Geisha.
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
Dari semester lalu, gue memiliki hobi baru yang biasa
dilakukan sembari nugas atau 3D Sketchup-an. Apalagi kalo bukan streaming Prambors Radio. Sebagai remaja
belia yang memiliki cita-cita luhur yakni kebelet gaul, gue pun memutuskan buat
menghalalkan berbagai cara supaya resolusi tersebut bisa terwujud, salah
satunya dengan menjadi kawula muda rasasonia.
Saat asyik mendengarkan playlist
yang diklaim hits terbaik dunia itu, gue juga jadi punya kebiasaan baru yaitu
memencet tombol stop begitu mendengar sebuah lagu racun berjudul Lumpuhkan
Ingatanku. Mirisnya, dalam satu hari dengerin Prambors, gue bisa kedapetan lima
sampai enam kali lagu ini diputer. Bukannya dendam apalagi gara-gara punya
pengalaman, rasa-rasanya, setiap lagu itu diputar, gue jadi tergugah buat
melemparkan panci dandang.
Iya, biar vokalisnya lumpuh beneran.
Seperti kata Ian Kasela: “jangan.. benci tapi bilang cinta”...
suara Momo yang terngiang di kepala setiap saatnya ini pun memunculkan berbagai
pertanyaan besar di benak gue sendiri, misalnya “Momo kenapa sedih?”, “Apa yang
Momo sebenarnya butuhkan?”, atau “Adakah kualitas ruang yang harus dicapai Momo
agar tubuhnya kembali merasakan interioritas pada sebuah ruang transit di
kawasan urban yang.... pret.”
Berbekal
rasa penasaran dan berpikir kritis yang dituntut ama dosen kampus di setiap
ceramahnya, gue pun rela menyisihkan sedikit waktu senggang gue hanya untuk nonton
video klip lagu ini secara saksama.
Setelah melihatnya, rasanya gue ingin cepat-cepat mengheningkan
cipta.
Nah. Berhubung kita masih berada di dalam bulan yang katanya
penuh cinta ini, maka, gue bakal menganalisis konten sekaligus berbagi
pengalaman gimana etelah merasakan lagu Lumpuhkanlah ingatanku. Cekidot.
***
“Teng...tong...teng...tong/”
Momo Geisha dengan gaun merah berdiri gamang di atas rakit
yang dibuat dari ban, yang mengapung cantik di atas sebuah telaga. Doi pun menunggu
teng-tong-teng-tong itu selesai buat masuk ke bagiannya.
"Jangan sembunyi...kumohon padamu jangan sembunyi/ Sembunyi dari apa yang terjadi...tak seharusnya hatimu kaukunci.../”
Ini Momo apa Maudy Ayunda? Main-mainan perahu ban.... |
Oke. Hal pertama yang bakal gue bahas adalah lirik di bait pertamanya. Penggalan kalimat tersebut mengindikasikan bahwa Momo Geisha dan mantan pacarnya sedang main petak umpet, di mana Momo kalah gambreng dan harus menjadi kucingnya. Atau... gue curiga kalo mantan Doi lupa buat naroh kunci di bawah keset, pot bunga, selipan jendela, atau ‘di tempat biasa’ lainnya.
“Kau achuh,kan aku/
Kau diam,kan aku/ Kau tinggal,kan akuuu/”
Coklatnya asli nggak sih? Ada kakinya juga. |
Bagian ini adalah reka adegan kenapa Momo ditinggal. Setelah capek abis main atau udah azan Magrib, dikisahkan Momo duduk berdua dengan cowoknya sambil asyik nonton teve. Si cowok. Tiba-tiba, sang cowok memegang remote, mematikan teve, lantas beranjak pergi. Nah, pertanyaannya adalah... emangnya Momo ditinggal gara-gara cowoknya udah nggak sayang atau menemukan orang lain? Dih, kepedean. Siapa tau cowoknya cuma kelupaan belom solat?
“Loompoohkanlah ingatanku...hapuskan tentang dia/ Hapuskan memoriku tentangnya.../”
"Ambilkan-bulanku" style. |
A....aku di mana? |
Tiba-tiba, Geisha nampak bernyanyi bersama band-nya di
tengah lalu lalang kota New York hasil editan komputer. Kemudian, Doi nyender di
luar pintu rumah orang, yang ternyata di belakangnya ada cowoknya yang juga
lagi senderan dengan arah sebaliknya.
“Loompoohkanlah ingatanku...hapuskan tentang dia/ Hapuskan memoriku tentangnya.../”
Memasuki reff kedua, nampak Momo membuang barang-barang
kenangan yang dimilikinya. Barang pertama yang dibuang adalah kunci rumah. Yang
menurut gue jadi tokoh antagonis di sini ternyata justru Momo-nya sendiri.
Selain melebay-lebaykan masalah, doi justru ngunciin pacarnya sendiri lalu
menenggelamkan kuncinya begitu aja. Nah, kesian kan cowoknya? Jangan-jangan,
alasan cowoknya menghilang sebenernya gara-gara Momo lupa udah ngunciin
pacarnya?
Hih. Mangenak?! |
Selain kunci rumah, Momo juga melarung barang-barang
lainnya. Pigura, boks besar, boneka teddy bear, dan yang terakhir, dia
menyemplungkan dirinya sendiri ke dasar danau. Kritik dari gue, kalo dari awal
emang kayak gitu tujuannya, kenapa nggak dari awal langsung balikin rakitnye
aja, mbak?
Ngabisi durasi tau nggak.
“HAHHHHH... LOOOOOMPOOOOHKANNNNLAHHH INGATANKOOOOOOO/”
Malaikat juga tahu bahwa detik ke- alias bagian setelah interlude adalah klimaks dari lagu ini
sendiri. Dalam partitur ini, Momo Geisha ingin mengungkapkan ke para
pendengarnya kalo dirinya memiliki beban hidup yang sangat berat. Padahal beban
itu hadir karena keteledorannya sendiri.
Abis melampiaskan kekesalan dengan menenggelamkan semua
benda-benda kenangan bareng cowoknya termasuk kunci rumah pacarnya tadi, Momo
telat sadar dan kemudian menyesal, seolah berkata “kampret.....ngapa kuncinye
ikut kebuang....”
Perkataan batin ini bisa terlihat jelas dari gestur yang
dilakukannya. Begitu nyemplung, Momo nampak berenang dengan gelagapan, kayak
lagi mencari sesuatu dari posisi ngapung hingga tenggelem sampai ke dasar. Doi
pun pasrah kalo pacarnya harus kekunci di dalam rumah dan nggak bisa
bersama-sama lagi selamanya. Hingga pada akhirnya, Momo malah memilih merilis
sebuah lagu ketimbang manggil abang-abang kuli terdekat buat bantu dobrak pintu
kamar pacarnya.
Gue tahu, tulisan ini adalah tulisan mahatidakpenting,
setidakpenting waktu lima menit yang telah dihabiskan hanya buat nge-buffer video klip band Indonesia langka
yang bervokalis perempuan. Kesimpulannya, setelah siklus percintaan menggeranat
dan rela berkorban a la Fatin
Shidqia, Lumpuhkankah ingatanku bisa jadi merupakan tahapan alternatif baru
dalam siklus percintaan.
Pas bagi parapembaca yang baru putus, gagal PDKT, termasuk buat kamu-kamu yang sering bertepuk tangan. Eh, sebelah tangan.
#SALAMLOOMPOH |
Gambar: Courtesy of
Youtube
Mau ikutan lumpuh? Nyoh tontonen.
3 komentar:
28 February 2014 at 20:24
Permalink this comment
oh itu toh makna sebenarnya dari lagu lumpuhkanlah ingatanku? haha
tapi, kalau dia langsung balikin rakitnya, lagunya bentar bgt dong. haha
8 March 2014 at 22:30
Permalink this comment
Woooh ada yang komen di postingan ini toh, hehe terima kasih udah mau terjebak dalam blog sesat ini! Blogwalkingnya menyusul ya ;)
14 March 2014 at 10:16
Permalink this comment
halo!
Hahahaa.. gue sih ga sengaja nyasar ke blog lo ini.. isinya lucu dan menghibur :)
trus lo suka maliq dan ibu suri dewi lestarii.. aaakhh, senangnya menemukan kaum sebangsa!
keep writing :)