Loompohkan Ingatanku
Diposkan oleh
rizkidwika
Architectour: Melipir di Onrust dan Pulau Cipir (2)
Diposkan oleh
rizkidwika
Saudara, ini adalah kelanjutan dari episode sebelumnya, Architectour: Melipir di Onrust dan Pulau Cipir (1)
"Kang, sepertinya...kita sudah tidak ada kecocokan lagi" |
Abang-abang pemilik perahu justru malah ketawa terbahak-bahak. Bang, Abang nggak sedang bechanda kan, Bang? Aku nggak lagi dikerjain sama Supertrap, kan? Nasib rombongan ada di tangan orang-orang kayak mereka? Ini seriusan...?
Sepanjang jalan kenangan... Kita slalu bergandeng tangan~ |
Tuh. Perahu aja bisa gandengan. Masa kamu nggak?
Architectour: Melipir di Onrust dan Pulau Cipir (1)
Diposkan oleh
rizkidwika
Yoi. Semenjak gue jalan-jalan random sendirian ke Pulau Untungjawa setahun yang lalu, obsesi gue untuk menaklukan Teluk Jakarta semakin besar. Ibarat Cornelis de Houtman, salah satu cita-cita gue adalah bisa memerawani gugus-gugus pulau yang ada di sana. Status kebosanan libur semesteran yang sudah membuncah pun melatarbelakangi gue memutuskan buat join bareng forumers dari Backpacker Indonesia yang kebetulan membuka lapak one-day-trip ke tiga situs arkeologis bersejarah: Pulau Kelor, Cipir, dan Onrust dengan biaya seratus ribu aja.
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang~ |
Indigo: The New Living Icon at Bekasi
Diposkan oleh
rizkidwika
Potong Tumpeng-Sembelih Kerbau
Diposkan oleh
rizkidwika
Olla Ramalan 2014
Diposkan oleh
rizkidwika
Sebelumnya... Rizki Dwika bersama Teteh Maudy Ayunda mengucapkan: SELAMAT MENJALANKAN BAHTERA KEHIDUPAN SETAHUN YANG LEBIH BAIK LAGI, YA!
Kaleidoskop 2013
Diposkan oleh
rizkidwika
Architectour: Memancar di Gunung Pancar
Diposkan oleh
rizkidwika
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
Architectour: Solo YOLO! (2)
Diposkan oleh
rizkidwika
Architectour: Solo YOLO! (1)
Diposkan oleh
rizkidwika
Eh, hello there, fellas!
Ah, kayak punya temen aja, Dwik.
Udah sekitar satu bulan blog ini tidak diisi dengan tulisan-tulisan ambigu. Malahan, belakangan situs terlarang ini justru dipenuhi gambar-gambar annoying yang dibuat sebagai media show-off oleh gue, pemuda trendi paling masa kini. Eh, sori kalo bahasa gue mendadak kayak gini.
Belakangan, siklus hidup gue nggak jauh-jauh dari fashion. Bukan, bukan. Bukannya gue berencana banting panutan dari Prof Gunawan menjadi Ivan Gunawan. Semester ini, gue lagi disibukkan sama Perancangan 3 atau yang biasa kita singkat dengan PE’A, yang berbasis fashion dan meminjamnya sebagai metode buat merancang public space di kawasan Kemang.
Di suatu weekend, gue, Ichan, Ryan, Nene, Mela, dan anak-anak PE’A lainnya asyik menyisir romantisme Kemang Raya di malam hari. Pas lagi sibuk ngerekam, gue dan Mela pun membahas soal Jalan Jalan Men yang menurut kami kurang realistis, mulai dari kemainstreaman objek wisata sampe akomodasi seringkali nggak bersahabat sama kantong.
Mengulang kesuksesan “Lasbegs Diary” yang memenangkan juara tapi cuma hiburan pada kontes NekadBlog dari Telkomsel dan bahkan sampe sekarang belom dikasih hadiahnya, gue pun berpikiran untuk membuat rubrik khusus jalan-jalan sendiri. Maka, di postingan kali ini, gue akan mengganjar dosa-dosa kelamaan nggak nulis dengan sebuah kisah heroik gue dan kawan-kawan saat meninggalkan studio demi sebuah kota bernama... Surakarta.
Oh iya, silakan bacanya sambil mendengarkan Setapak Sriwedari sekarang juga.
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
Mohon Doa Restu
Diposkan oleh
rizkidwika
![]() |
Hih. Situ fikir situ Syahrini? |
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
Menggeranat
Diposkan oleh
rizkidwika
![]() |
Yang berjilbab mbak Qisthi Jihan, bukan Rizki Dwika. |
(Klik pada Judul Buat Kepo Lebih Lanjut!)
Lasbeg's Diary: Untung-untungan di Untung Jawa
Diposkan oleh
rizkidwika
Lasbeg’s Diary: Tragedi Selat Sunda
Diposkan oleh
rizkidwika
Itulah mengapa dirinya ditakdirkan sang Mahacinta sebagai Makhluk Tuhan Paling Membahana.
Kabarnya, pernah punya crush dengan Fatah saat masih kuliah bersama di Surabaya.
Ah bosen, ah, Udah pernah dikenalin.
#AvatarMasterchef
Diposkan oleh
rizkidwika
Dikutip dari rizkidwika.tumblr.com//
Main ke sana kalau mau lihat lebih banyak #AvatarMasterchef-nya!
|
Random Thoughts
Diposkan oleh
rizkidwika
Minggu Satu: Magang, Megang, Senang!
Diposkan oleh
rizkidwika
Suatu Hari di Laut Jawa
Diposkan oleh
rizkidwika
Halo Dwika yang lainnya.
Kamu tahu,
Sembilan belas adalah semiotika.
Penambahan besaran angka secara konotatif,
Pengurangan durasi hidup dalam denotatifnya.
Halo Dwika yang lainnya.
Kamu tahu,
setiap semiotika menyaratkan penanda.
Baik sinyalemen, firasat, maupun isyarat.
Implikasinya, semiotika membidani output bernama petanda.
Psan-pesan ini dikirimkan lewat medium
simbol, lambang, dan sebagainya.
Itulah semiotika.
Ingat satu hal, Dwika.
Katanya, semiotika itu ada celahnya.
Bisa saja semua kode yang kamu dapat cuma salah interpretasi?
Bisa saja semua polah menjanjikan tersebut hanya oknum yang iseng berulah?
Siapa yang tahu, kan?
Halo Dwika yang lainnya.
Kamu dan aku sama-sama tahu.
Sudah cukup lama kamu bermain dalam ranah tersebut.
Menerima dan memancarkan informasi,
Konsisten dalam ketidakpastian,
Untuk suatu hal bernama semiotika
yang masih kabur juntrungannya.
Halo Dwika yang lainnya.
Lihat, sudah kejadian, bukan?
Masih bersikeras?
Selamat Sembilan belas.
Dari Dwika yang satunya,
Dwika yang memilih menggunakan logika.
Semester Tiga: Istimewa (1)
Diposkan oleh
rizkidwika
*nengok kanan kiri*
*bersih-bersih sarang laba-laba*
*ngusir gelandangan*
Well, Assalamualaikum blog yang nggak punya pengunjung…
KYAAAAAAAAAAAAAA GUE NULIS LAGIIIIIIIIIIIIIIIIIII AAAAAAAAAAA :””””””D
Ya, ini adalah tulisan pertama gue di tahun 2013 sekaligus tulisan gue satu-satunya yang ke-publish di blog saat semester tiga. Secara…. lima bulan terakhir ini gue lagi disandera.
Apalagi Olla Ramlannya.
Bagi gue pribadi, semester tiga adalah kala mahasiswa Ars tingkat dua seperti gue dan teman-teman lainnya benar-benar diperkenalkan dengan arsitektur yang sebenarnya.
Singkat cerita, kami terjebak dalam satu semester dengan nuansa kamp militer. Sedikit banyak, pasti bermunculan pertanyaan di antara teman-teman sekalian. Sebenernya, apa sih yang dilakukan mahasiswa arsitektur hingga segitu ansosnya?
Di semester ini, ada empat mata kuliah wajib serta satu mata kuliah pilihan yang harus gue ambil, yaitu Daskom, Tekbang, Sejars, Metoper, dan…………… tentu saja, Perancangan Arsitektur Interior 1 tercinta tersayang tertujuh-sks tersegala-galanya.
Berbeda dengan semester sebelumnya yang mata kuliahnya berakhiran ars-ars semua, mata kuliah semester tiga ini lebih menguras tenaga. Mau tau? Berikut cuplikannya.
Mata kuliah pertama yang akan dibahas adalah Daskom alias Dasar Komputer. Pada mata kuliah ini, mahasiswa diajarin cara bikin rumah dengan aplikasi digital kayak Google Sketchup serta Adobe Photoshop. Nantinya, gambar-gambar yang udah jadi harus kita render, ditambahin pepohonan sama orang-orangan. Kalo bisa disimpulin sih, tugasnya bikin selebaran rumah kayak di emol-emol….TAPI NGGAK SEGAMPANG ITU, YA.
Buat tugas UAS kemaren, mahasiswa disuruh ngerender denah, tampak, potongan, perspektif, dan portfolio dengan jumlah minimal dua puluhan gambar. Gue ngerjainnya sampe mabok, hingga kepikiran membuat prahara rumah tangga seperti gambar ini.
***
Nggak cuma itu, kita juga dikenalin dengan teori fisika bangunan, kayak pencahayaan dan penghawaan pada suatu bangunan. Kalo soal tugas sendiri sih, lumayan istimewa. Analsisis struktur tenda warung nasi uduk. Yes, gue sore-sore harus izin ke tukang nasi uduk untuk numpang ngerekam doi lagi diriin tenda dengan alasan tugas kuliah.
UAS kemaren, mahasiswa dalam kelompok disuruh membangun shelter dari material kayu berukuran 1:1 yang bisa mengurangi sinar matahari dan angin yang masuk. Gue setengah yakin kalo lulus dari jurusan ini bisa langsung dipekerjakan sebagai kuli bangunan.
Ah iya. Yang unik dari matkul ini adalah…… (konon) dosennya mirip gue :|
Selanjutnya adalah Sejarah Arsitektur. Agak membingungkan juga ya, di Fakultas Teknik ada mata kuliah sejarah. Dosennya sendiri adalah Pak Budi Sukada, mantan ketua IAI sekaligus arsitek Balairung UI. Satu kata aja sih. Buset.
Di matkul ini, beliau menjelaskan tentang sejarah arsitektur modern di dunia. Yang paling seru adalah tugasnya, di mana tiap minggu mahasiswa disuruh mencari contoh bangunan di Indonesia yang memiliki ciri-ciri seperti materi yang dikasih waktu minggu itu.
Misalnya, minggu ini lagi diajarin tentang Arsitektur Arts and Crafts, Art Deco, Art Nouveau. Nah, tugasnya adalah kita harus dateng atau browsing tentang bangunan di Jakarta yang punya gaya kayak gitu, lalu bikin laporannya di ppt. Kemudian, Gue, Ochan, dan Gege memutuskan untuk mengunjungi Bioskop Metropole di bilangan Menteng. Tugas ini berakhir makan, jalan-jalan, sambil nonton Perahu Kertas 2. Ralat, yang menikmati nontonnya gue doang. Ochan dan Gege nontonnya nggak betah, uring-uringan minta pulang.
UAS-nya lebih random. Kita disuruh menganalisis indikasi bangunan dekonstruksi di Indonesia berdasarkan materi slide yang dikasih sama Pak Budi. Kemudian beliau memberikan foto ini.
Sesuatuk, yah?
Mata kuliah keempat adalah Metoper, kepanjangannya Metode dan Teori Perancangan –meskipun gue lebih suka menyebutnya metode laper. Lewat mata kuliah ini, gue semakin yakin kalau seharusnya Dept. Arsitektur dipisah dari Fakultas Teknik. Gimana nggak. Menurut gue, mata kuliah ini lebih ke sosial banget. Setiap minggu kami dikasih modul berbahasa Inggris lumayan tebel-tebel yang sifatnya teori dan sejarah semua. Tugasnya pun outstanding. Ngebahas permasalahan biotoilet, bikin strategi gimana cara bisa ngirim kue ke Ibu Negara dalam waktu dua jam saja, serta ngebahas filosofi sebuah botol. Teknik manelagi coba yang kuliahnya selama dua minggu ngomongin botol itu apa?
Hastagah.
Untung gue punya teman anak filsafat se-absurd @yudinadine.
***
Dan yang terakhir adalah matkul Perancangan Arsitektur Interior 1 yang……………………………………………………………………..
BERSAMBUNG.
Hai!
Diposkan oleh
rizkidwika
Pagi ini, di Gerbang Kutek, aku melihatmu. Lagi.
Sudah tiga bulan belakangan, mengawali awal pekan dengan berpapasan dengan kamu menjadi ritual tersendiri, selain pertemuan rutin yang tak sengaja kita setiap Rabu siang, Kamis malam, dan Jum’at pagi.
Aku hapal benar pertemuan perdana kita. Haltek, lebih tepatnya bis kuning, beberapa bulan yang lalu.Waktu itu, aku terpaksa malam-malam ke Margonda hanya untuk mencetak laporan desainku. Beruntungnya aku bisa duduk waktu bikun sedang penuh-penuhnya. Beruntungnya lagi, kamu berdiri tepat di hadapanku.
Aku mulai menyadari keberadaanmu saat tak sengaja menengadahkan pandangan ke atas, ke arahmu. Matamu besar, mengeluarkan tatapan dingin yang penuh curiga. Garis wajahmu tegas, tampil angkuh dengan earphone yang sebelahnya menggantung di satu sisi bahumu yang kokoh.
Awalnya aku tak acuh dengan keberadaanmu. Tanpa alasan, setelah pelan-pelan kuperhatikan, aku menyukaimu. Saat itu. Sesederhana itu.
Aku menikmati perjalanan dengan penuh curi pandang. Beberapa kali berhasil, beberapa kali aku kecolongan. Mata kita sempat beradu, tepat sebelum kamu turun di Halte FKM.
Aku sedikit kecewa. Kita tak sempat berkenalan, apalagi tegur sapa. Kamu tidak tahu siapa namaku. Aku juga tidak tahu siapa namamu. Bahkan sampai saat ini.
Yang kutahu, kamu juga anak Teknik. Metalurgi. Dari kausmu. Cuma itu.
Siang ini, di Kantek, aku melihatmu. Lagi.
Seperti biasa, aku sedang sibuk memilah kardus bekas yang layak guna sebagai bahan maket eksplorasi untuk presentasi esok hari, hal yang tidak biasa dilakukan oleh mahasiswi, tapi pengecualian bagi anak arsitektur sepertiku.
Saat Kantek sedang penuh-penuhnya itu, kamu pun melintas, sendiri, mengenakan flanel biru yang lengannya digulung hingga siku. Kedatanganmu membuatku kikuk, membuat fokusku kabur hingga belasan kardus terlepas dari ikatan tanganku yang mengendur.
Kamu pun berlalu.
Lagi-lagi, di SelasArs, aku melihatmu. Lagi.
Sejak pertemuan –atau lebih tepatnya dipertemukan tiga bulan yang lalu, kita jadi sering berpapasan. Dan entah mengapa, pertemuan kita minggu ini terjadi lebih intens dibanding minggu-minggu biasanya.
Meski sempat tertarik, awalnya aku tidak terlalu peduli. Tapi, lama-lama malah aku yang mencari-cari. Tanpa alasan yang jelas, aku sering keluar Studio. Entah ke Kantek, Haltek, menelusuri semua selasar, maupun lobby. Aku cuma ingin memberi tahu keberadaanku, identitasku, syukur-syukur bisa berkenalan langsung denganmu.
Sore ini, di Gedung S, tebak apa yang terjadi.
Saat gedung sedang lengang, aku sendirian di depan lift sambil mengatur tumpukan kertas gambar yang ingin kubawa ke atas. Kelar menyusunnya, aku menekan angka enam dan lift pun menutup. Perlahan.
Tak lama, terlihat dari dalam bayangan seseorang yang berlari, tampak buru-buru menekan tombol naik. Pintu lift terbuka lagi.
Nampaknya, sore ini aku sedang sial. Kali ini, aku tidak hanya melihatmu. Aku, kamu, kita bersisian. Kita bersebelahan. Seseorang yang tadi itu ternyata kamu.
Kamu masuk lalu menekan angka lima. Suasana sepi. Kita masih sibuk dengan diri sendiri. Saat itu, dalam hati aku merutuk, ingin mengutuk. Aku belum siap dengan pertemuan yang sedekat ini.
Lift perlahan naik. Segera, angka pada layar berganti dengan pasti.
Satu.....
Dua.........
Tiga...
“Hai!” Kita berdua berteriak, berbarengan memecah keheningan.
Hari ini adalah perkenalan perdana kita sekaligus kelanjutan komitmen setelah tiga bulan diam-diam dalam proses penjajakan.
Ya, kita jadian.
***